Adalah Enos Tangke Arung, MP, dosen Fahutan Unmul yang menemukan biji kelor dan menyulapnya menjadi ”serbuk ajaib”
yang dapat mengubah air keruh dengan partikel tanah maupun unsur logam
menjadi air bersih layak konsumsi, dan memenuhi standar baku mutu yang
ditetapkan.
Endapkan Partikel Logam
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif
rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan
menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam
air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air.
Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk
menjernihkan air dari anak Sungai Nil dan tampungan air hujan ini di
masa datang dapat dikembangkan sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan
hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat.
”Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan
mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air,
sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih,”
katanya.
Disebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang
sebelumnya mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji
kelor menurun menjadi 0,13 mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu
air minum, yaitu 0,3 mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0 mg/l.
Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah
memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan,
yaitu 1 mg/l, dan kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l
menjadi 0,04 mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air
bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.
Arang
Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang
khas masih terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus
ditambahkan arang yang dibungkus sedemikian rupa agar tidak bertebaran
saat proses pengadukan. Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor
tersebut.
Selain itu, dari hasil uji sifat fisika kualitas air Sungai Mahakam
dengan parameter kekeruhan yang semula mencapai 146 NTU, setelah
dibersihkan dengan sebuk biji kelor menurun menjadi 7,75 NTU, atau
memenuhi standar baku air bersih yang ditetapkan, yaitu 25NTU. Untuk
parameter warna yang semula sebesar 233 Pt.Co menjadi 13,75 Pt.Co, atau
telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 15 Pt.Co dan
50 Pt.Co.
Membuat Serbuk
Cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan
menumbuk biji buah kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian
ditaburkan ke dalam air limbah, dengan perbandingan tiga sampai lima
miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat. Dalam waktu 10 hingga 15
menit setelah pengadukan, partikel-partikel kotoran yan terdapat di
dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga air menjadi jernih.
Enos, yang juga kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul
mengatakan, pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan
konsentrasi lima persen, yaitu dengan merebus lima gram tepung biji
kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan disaring.
”Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air,
caranya dengan mencampur tiga hingga lima militer ekstrak biji kelor ke
dalam satu liter air dan diaduk dengan cepat,” katanya. Disebutkan,
dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga 15 biji kelor dengan
berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari 10
biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak
40 liter.
Lebih Ekonomis
Kepala laboratorium pengujian air PDAM Unit Cendana (Samarinda),
Alimudin mengakui, cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan
sistem penjernihan air dengan bahan baku tawas yang digunakan selama
ini. Perbedaan penjernihan air dengan menggunakan tawas dan serbuk biji
kelor adalah pada lamanya waktu pengendapan partikel setelah pengadukan,
yaitu hanya lima menit, sedangkan dengan serbuk kelor mencapai 10
hingga 15 menit. Karena tawas jarang diproduksi di Kaltim, pihak PDAM
Samarinda mendatangkan tawas dari luar daerah, yaitu dari Sulawesi
(Manado) dan Kupang. Tawas tersebut dicampur dengan aluminium dan sulfat
sebelum digunakan untuk menjernihkan air sungai.
Menurut Enos Tangke, penggunaan serbuk biji kelor lebih ekonomis
dibanding tawas, apalagi tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim,
sementara daun dan buahnya yang masih muda pun dapat dimanfaatkan untuk
bahan makanan. Enos yang juga dosen pengasuh mata kuliah Pengendalian
Pencemaran menambahkan, tanaman kelor yang dikembangbiakkan dengan biji
dan stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah berair, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk dibudidayakan di sekitar daerah aliran sungai (DAS)
Mahakam.
”Dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan
enam bulan kemudian sudah berbuah dan bisa dimanfaatkan bijinya,”
katanya.
Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air
merupakan alternatif terbaik dan lebih ekonomis, efisien serta turut
melestarikan lingkungan dengan membudidayakan tanaman tersebut di
sekitar DAS.(Aspek-35)
sumber : http://filterpenyaringair.com/biji-kelor-mampu-menjernihkan-air-sungai/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar